Intro
Apakah
kalian pernah berjuang? Pasti pernah bahkan sering bukan? Ya, hidup itu memang penuh
perjuangan apalagi jika memiliki mimpi atau harapan. Pastinya kita akan memperjuangannya
sampai titik darah penghabisan [esktrem sekali ya bahasanya. Hehe…]
Contoh
perjuangan itu apa saja sih, kawan? Perjuangan mencari cuan, perjuangan untuk
mendapatkan si doi #Eaa, perjuangan dalam ajang kompetisi, dan masih banyak
lagi.
Ngobrolin
kompetisi nih, apa sih kompetisi itu? Kompetisi adalah kegiatan yang tidak bisa
dihindari bagi orang yang memiliki jiwa kompetitif tinggi. Ya, tentu saja.
Sudah jelas. Mereka pasti selalu mencari media-media untuk mengembangkan kreativitasnya,
menyalurkan hobinya, atau bahkan yang niat awalnya “ingin mendapatkan uang dan penghargaan”.
It’s okay. Selagi tujuannya baik,
tidak masalah kawan. Namun, alangkah baiknya, semua niatkan lillahi taala ya kawan.
Nah, di
sini saya hendak berbagi kepada kalian mengenai “persiapan panjang yang
terbayarkan” dari salah satu adik binaan saya dari YES Institute Indonesia yakni
Dek Ahmad Zubair Al Mahdi, kelas XII berasal MAN 1 Gresik. Panggilannya
Dek Ahzam. Dek Ahzam ini anaknya humble, semangat
sekali jika sudah menyangkut kompetisi, suka ngelucu juga, bahkan saya merasa terhibur jika sudah bimbingan
dengan Dek Ahzam ini. Haha…Oke. Kembali ke laptop.
Proses Panjang dalam Kompetisi CAPSULE
Kala itu
pada tanggal 06 November 2021 Dek Ahzam mengabarkan ingin ikut kompetisi kefarmasian
yang bernama CAPSULE (Competition As Pharmacist of Ulul Albab
University) cabang NASCOM (National Essay Competition) yang
diadakan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang setelah mengikuti ajang
kompetisi KoPSI (Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia) 2021 dan MYRES (Madrasah Young Researcher Super Camp) 2021.
Saya
langsung menyetujuinya dan kala itu sebenarnya Dek Ahzam ada partner bernama Dek Fadiah Arika Naifiliyah
[Dek Fadiah]. Namun, kali ini dia sendiri. Sejujurnya banyak sekali perjuangan
kita di dalamnya, mulai brainstorming
ide sampai pengumuman juara.
Apa saja
perjuangannya?
1. Brainstorming Ide
Ini adalah proses sulit di awal sebelum terlahirnya karya luar
biasa. Karena harus mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari keefektifan penelitiannya
bagaimana?, sasarannya sudah benar atau tidak?, sudah ada hal uniknya atau inovasinya?,
menarik atau tidak jika diaplikasikan?, dll. Banyak sekali pertimbangan di
dalamnya. Sehingga, kala itu Dek Ahzam terpikirkan ide yakni “PROVID-AR (Protection from Covid) Berbasis Augmented Reality sebagai Media Edukasi dalam Penerapan Protokol
Kesehatan pada Remaja” [butuh proses panjang sebelum menjadi judul
terakhir ini. H-3 pengumpulan naskah]. Waktu memikirkan ide pun sampai H-8
pengumpulan naskah prosesnya. Sungguh lama.
2. Penyusunan Naskah Esai
Setelah menemukan ide yang fix kita lanjutkan untuk penyusunan esai. Di sinilah kesulitan kedua
yang kita alami, karena masih ada beberapa parts
yang masih belum paham terutama di bagian pembuatan aplikasi. Hingga kala itu
saya dibantu Mas Agung Firdamansyah selaku founder
YES Institute Indonesia bagian pembuatan aplikasinya, metode waterfall.
3. Review Naskah Esai
Sebelum naskah jadi pun [dalam bentuk draft], kita [saya dan Mas Agung] selalu me-review naskahnya Dek Ahzam, hingga benar-benar naskah esai yang
satu rangkaian atau utuh. Hingga saat itu, saya juga meminta bantuan review naskah lagi kepada Mas Roni
Suprayitno selaku relasi online saya
yang dipertemukan lewat Kuliah Indonesia. Nah, ini nih serunya dimulai lagi.
Ketika saya memberikan naskahnya kepada Mas Roni, dikoreksi habis-habisan dong,
detail banget review-nya. Mulai dari kelengkapan
data, referensi, dan korelasi antara paragraf satu dengan yang lainnya, dan
masih banyak lagi. Hingga saat itu, ada sekitar 3 meeting virtual untuk membahas hal ini. Termasuk ketika menyimulasi
presentasi Dek Ahzam ke finalnya. Kala itu di daerah Dek Ahzam hujan dueras, ditambah
signal Mas Roni bermasalah, namun,
beliau sudah menyiapkan payung sebelum hujan. Pertama kita memakai zoom meeting,
terganggu. Lalu, memakai video call, tergannggu juga. Kemudian ganti ke voice
call WA, masih terganggu juga. Akhirnya beliau rela-rela telfon seluler untuk
menelfon kami. Jalan terakhir, tuturnya.
4. Pengumpulan Naskah Esai dan Berkas-Berkas Pendukung
Kala itu di meeting terakhir
adalah waktu terakhir juga dalam pengumpulan naskah esai [23 November 2021] dan
waktu itu dimulai sekitar pukul 20.00 WIB padahal batas akhirnya sampai pukul
23.59 WIB posisi masih banyak review dari
beliau. Panik gak? Ya paniklah. Haha… Belum lagi Dek Ahzam kala itu juga belum
desain kartu QR-Code juga. Tambah parah
gak tuh?
Alhamdulillahnya waktu itu H-1 jam masih ada waktu untuk
mendesain kartu di PPT dan dimasukkan ke dalam naskah esai yang sudah final. Dan
kala itu hampir saja Dek Ahzam lupa menyantumkan KTP (Kartu Tanda Pelajarnya) serta
H-11 menit baru mengumpulkan dan konfirmasi ke panitainya dong. MasyaAllah
sekali.
5. Pengumuman Finalis
Waktu pengumuman finalis pun tiba [06 Desember 2021]. Awalnya
Dek Ahzam seperti nge-prank gitu,
masang emotikon kayak minta maaf. Eh, alhamdulillahnya dia masuk finalis yang
teridiri 5 peserta [tingkat siswa] dan dia satu-satunya anak dari MAN. Keren
sih itu. Persaingannya pun ketat menurut saya.
6. Eksekusi Aplikasi dan Simulasi Final
Tambah panik nih karena kala itu waktu kita singkat untuk
mempersiapkan semuanya. Mulai dari desain kartu QR-Code di PPT, prepare narasi
presentasi, pembuatan aplikasi, membuat rekaman untuk video AR (Augmented Reality) dll. Belum lagi ditambah
kepercayaan diri dari Dek Ahzam yang kala itu masih meraba-raba di pembuatan
aplikasinya, khawatir nanti tidak bisa menjawab pertanyaan juri terkait pembuatan
aplikasi.
Simulasi pun dimulai, saya sudah memberitahukan teknisnya
kepada Mas Roni dan Mas Agung yakni semi formal. Saya sebagai moderator, Mas
Agung dan Mas Roni sebagai jurinya, dan Dek Ahzam sebagai pesertanya.
Kita di sini ya bener-bener menjalankan perannya masing-masing.
Mengajukan pertanyaan ke Dek Ahzam dan ditutup dengan saran dan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang berpotensi keluar nantinya. Sampai-sampai Mas Agung pun juga penuh
perjuangan dalam menjelaskan cara pembuatan aplikasinya terkhusus di AR (Augmented Reality)-nya via google meet
selepas simulasi.
Hari itu juga [17 Desember 2021], malam, pengumpulan PPT [serta
ada video demo aplikasi di dalamnya]. Nah, kepanikan selanjutnya datang lagi.
Waktu itu ketika hendak upload PPT
bermasalah di bagian ukuran kapasitas PPT nya. Padahal dulu ketika technical meeting tidak ada batas ukuran
kapasitas PPT-nya. Waktu itu Mas Agung juga sedang ada agenda, bimbingan, yang
kita [saya dan Dek Ahzam] kira Mas Agung ketiduran dong karena Mas Agung tidak
membalas pesan kita, bahkan kita ada rencana untuk menelfon barengan nanti.
Haha..
Alhamdulillahnya Mas Agung bisa membalas pesan kami. Dan
alhamdulillahnya waktu itu di-compress video
AR-nya dan alhamdulillah pas 10 MB dan bisa ter-upload . Sungguh, terima kasih banyak Mas Agung. Di sela-sela ke-hectic-an itu, saya juga mengabarkan ke
Mas Roni mengenai permasalahan kita dan semua progress kita. Sebab, Mas Roni ini bilang ingin mengkawal Dek Ahzam
sampai juara.
7. Hari-H Presentasi
Pada tanggal 19 November 2021, tibalah saat Dek Ahzam untuk
melakukan presentasi, mulai dari malamnya gak tenang tidur, lalu prepare pertanyaan-pertanyaan. Kita
koordinasi vi chat WA sampai
malam-malam. Belum lagi di sekolahan dengan ke-hectic-an yang luar biasa. Mulai tempat yang awalnya kondusif, lalu
di tengah tidak kondusif, video demo aplikasi tidka bisa di-play di komputer panitia, dll. Alhamdulillahnya
masih bisa dikondisikan semua itu dan alhamdulillah lancar kata Dek Ahzam. Setelahnya
kita juga melakukan evaluasi terkait presentasi tadi, membahas pertanyaan-pertanyaan
juri yang diajukan, respons para dewan juri, dll. Kita yakin juara kala itu.
Bismillah.
8. Pengumuman Juara
Pada tanggal 28 Desember 2021 ketika saya posisi di Malang
karena ada agenda [undangan] di tanggal 27 Desember 2021-nya. Saya teringat
ketika Dek Fadiah mengingatkan di grub kalau hari ini pengumuman. Kita [Mas
Agung, Dek Ahzam, dan Dek Fadiah] saling berdoa di situ dan Mas Roni juga
mendoakan yang terbaik bagi Dek Ahzam. Nah, siangnya saya di-chat oleh Dek Ahzam, awalnya bilang “maaf
belum rezeki” intinya. Saya balas tidak apa-apa dan menyemangatinya. Eh, lah
malah nge-prank lagi dong. Alhamdulillah ala kulli haal Dek Ahzam
mendapatkan Juara 2 di kompetisi NASCOM tersebut. Rasanya bersyukur dan senang
sekali, persiapan panjang terbayarkan sudah. Alhamdulillah.
Penutup
Mulai
awal sampai akhir, itu masih sedikit perjuangan yang kita alami, belum hal-hal
lainnya lagi. Tapi, setidaknya bisa saya bagikan hal sedikit itu kepada kalian
semuanya. Semoga ada manfaatnya ya. Ini pesan dari saya teruntuk saya sendiri
dan kalian.
“Tidak
ada yang berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Kita sedang berjuang di zona
waktu masing-masing menjemput takdir yang tepat. Jangan lupa bahwa hidup hari ini
harus disyukuri karena di sanalah letak bahagia sejati. Jauh di dasar hati
sedalam apa kita mampu bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan beri.”
Nganjuk,
02 Januari 2022
Salam,
Elfin Lailatun Nur’aini